Gus Yahya, HMI dan Islam Inklusif

Sabtu, 25 Desember 2021 - 20:03 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Puji Hartoyo

Penulis Adalah: Ketua Umum PB HMI (MPO) 2013-2015

Muktamar Nahdlatul Ulama ke-34 yang dilaksanakan di Lampung pada tanggal 22-24 Desember 2021 telah menetapkan KH. Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya sebagai Ketua Umum PBNU masa bhakti 2021-2026. Gus Yahya berhasil mengugguli perolehan suara dari calon petahana KH Said Aqil Siroj yang memimpin NU sejak tahun 2010-2021.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Terpilihnya Gus Yahya sebagai Ketum PBNU tentu menjadi kabar yang menggembirakan bagi warga Nahdliyin tak terkecuali bagi kader dan alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) seluruh Indonesia, termasuk saya sebagai juniornya di Pesantren Krapyak Yogyakarta dan HMI. Karena salah satu kader terbaiknya kini memimpin organisasi Islam terbesar di dunia dengan jumlah anggota mencapai sekitar 91,2 juta jiwa (survei LSI 2019). Selama kuliah di Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Gajah Mada (Fisipol UGM) Yogyakarta, Gus Yahya diketahui aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Yogyakarta dan pernah menjabat sebagai Ketua Komisariat Fisipol UGM tahun 1985-1986.
Kemenangan Gus Yahya yang mendapatkan 337 suara dari 548 muktamirin, ini menunjukan bahwa kader HMI diterima di NU. Kader HMI dianggap mampu mengemban amanah memimpin ormas Islam dengan kapasitas dan kompetensi yang dimilikinya. Meskipun, belakangan beberapa pihak diantaranya Andi Jamaro mantan anggota DPR RI 2 periode ini mempertanyakan ideologi Gus Yahya karena sewaktu kuliah dianggap pernah aktif di HMI-MPO (Majelis Penyelamat Organisasi) dan tidak berproses di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang notabene-nya organisasinya pelajar dan mahasiswa yang dekat dengan NU.
Sebagai orang yang pernah diberikan kepercayaan sebagai Ketum HMI cabang Yogyakarta dan menjabat Ketua Umum PB HMI MPO 2013-2015, menurut saya sesungguhnya tidak ada pertetangan antara HMI dan NU secara ideologis. HMI adalah sebuah organisasi kemahasiswaan yang berasaskan Islam begitupun NU. Dan, HMI pun tidak pernah memberi penekanan atau memaksa kadernya untuk mengikuti mazhab tertentu.

Baca Juga :  Generasi Brilian Bangsa; HMI-GMNI Menyiapkan Kader

Kedekatan HMI dengan NU sejatinya berlangsung sudah dari dulu. Dalam sejarahnya NU dengan HMI tidak berada pada jalur yang berseberangan. justeru NU selalu menjadi Kakak yang peduli bagi HMI. Terutama saat rencana Presiden Soekarno karena desakan PKI (Partai Komunis Indonesia) dan CGMI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia) ingin membubarkan HMI tahun 1965 disitu NU yang terdepan membela HMI agar tidak jadi dibubarkan.
Ketika suasana memanas dan CGMI dan PKI terus mendesak Presiden Soekarno agar membubarkan HMI, Sang Pemimpin Besar mengundang Subandrio dan KH. Saifuddin Zuhri ke Istana. Sesuai dengan pesan Sulastomo Ketua Umum PB HMI saat itu, Subandrio tidak setuju jika HMI dibubarkan. KH Saifuddin Zuhri, atas nama NU, malah mengancam Bung Karno.

Baca Juga :  PBNU Menertibkan Aset Digital

“Kalau Bung Karno membubarkan HMI karena desakan CGMI dan PKI, saya serahkan mandat sebagai menteri (agama). Saya tidak bertanggungjawab jika massa NU melawan negara.”
Jadi, saat kita mendapati perbedaan satu sama lain tentu yang kita harapkan adalah kebersamaan dalam keragaman. NU, Muhammadiyah, HMI, PMII dan sebagainya adalah sejatinya sama dalam tujuan kebaikan dan kemaslahatan bangsa dan ummat. Jika ada alumni HMI yang dipercaya untuk menjadi Ketum PBNU itu sebagai bentuk kebersamaan dalam visi kebangsaan dan keummatan. Bukan karena adanya dikotomi HMI dan PMII di tubuh NU. Jadi kalo yang terpilih Ketua Umum itu dari latarbelakang organisasi HMI bukan berarti alumni PMII tidak bisa bekerja dengan baik di NU dan juga sebaliknya.

Baca Juga :  75 Tahun HMI Untuk Indonesia (Pilihan Politik Kanan, Politik Tengah dan Politik Kiri)

Lebih dari itu HMI menjadi laboratorium diskursus berbagai mazhab dan aliran pemikiran Islam.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Penulis : Puji Hartoyo
Editor : Harris
Sumber :

Berita Terkait

Fransiscus Go dalam Survey Calon Gubernur NTT
Jodoh Maluku Utara Adalah Taufik Madjid
Anak Indonesia, Harapan Peradaban Dunia “Menyambut Bonus Demografi 2045”
Jangan Permainkan Suara Rakyat Papua
Bahasa Ibu Sebagai Identitas Orang Asli Papua
OAP Wajib Selamatkan Bahasa Ibu Sebagai Identitas Warisan Budaya
Wujudkan Budaya Politik Bersih dan Beretika dalam Pesta Demokrasi
Selamatkan Generasi Muda Papua Dari Ancaman Bahaya Alkohol Dan Narkoba

Berita Terkait

Kamis, 18 April 2024 - 17:27 WIB

Pimpinan DPRD DKI Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur Jakarta

Rabu, 17 April 2024 - 21:18 WIB

Dukung Heru Tuntaskan Banjir, Milenial Jakarta: Gak Usah Dengar Suara Nyinyir

Kamis, 11 April 2024 - 00:17 WIB

Rayakan Idul Fitri 1445 H Bersama Keluarga, Surijaty Gelar Open House

Minggu, 31 Maret 2024 - 22:14 WIB

Hadiri Pelantikan LAB, Kombes Nicolas Sampaikan Maklumat Hukum Jelang Idul Fitri 1445 H

Minggu, 31 Maret 2024 - 21:59 WIB

Hadiri Acara Bamus Betawi, Ketum Salatin: Pelantikan LAB Merupakan Penguatan Budaya Asli Indonesia

Minggu, 31 Maret 2024 - 20:22 WIB

Kembali buat Gebrakan di Bulan Ramadhan, Eki Pitung Lantik Pengurus LAB dan Santuni 500 Anak Yatim

Kamis, 28 Maret 2024 - 23:01 WIB

Ditanya soal Gugatan di MK, Bunda Indah: Prabowo tidak Mencari Uang, Dia Hanya Menunggu Kematiannya

Sabtu, 16 Maret 2024 - 16:49 WIB

Pemilu 2024: PSI Meraup 465.936 suara, William Sarana Menjadi Caleg Suara Terbanyak

Berita Terbaru