Pada umumnya, ada 2 cara dalam mewujudkan Swasembada Pangan dalam hal ini Beras, yaitu:
Cara Pertama, melalui Program Lahan cetak sawah baru. Plaining seluas 3 juta hektar, dengan membutuhkan biaya 35 juta per hektar selaras dengan 35 Triliun untuk 1 juta hektar, atau 105 Triliun untuk 3 juta hektar. Melalui Program 3 juta Lahan Cetak Sawah baru berpotensi menghasilkan Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 3–4 ton per hektar dengan rata-rata 3,5 ton per hektar, Potensi CSB dapat menghasilkan 3 Juta Ha x 3,5 Ton = 10,5 juta Ton GKP atau setara dengan 5,32 juta ton Beras. Jika bisa panen 2 kali dalam setahun, maka dapat menghasilkan 10,5 juta ton x 2 = 21 juta ton GKP atau setara dengan 10,64 juta ton beras per Tahun. Jika mampu panen 3 kali dalam setahun, maka dapat menghasilkan 10,5 x 3 = 31,5 juta ton GKP atau setara dengan 15,94 juta ton Beras per Tahun. Jika Sawah di atas 3,5 ton per Hektar maka akan menghasilkan lebih banyak lagi Gabah dan beras dimana menjadikan Indonesia Lumbung Beras Dunia.
Cara Kedua, dengan mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas produksi lahan sawah lama melalui penyediaan suplai air, irigasi tersier, bibit unggul, pupuk, alsintan dan hal-hal lainnya yang dibutuhkan petani. Salah satu contoh produksi panen Gabah Kering Panen pada tahun 2022–2023 di Jawa Barat seperti di Karawang, Bandung Barat, Indramayu dan kabupaten lainnya. Sudah mulai dikembangkan bibit Inpari 36 dan 37 dimana produksi pertanian mengalami peningkatan yang signifikan dengan hasil panen dapat mencapai 8–12 ton per hektar yang sebelumnya hasil panen hanya mencapai 5–7 ton per hektar. Hal ini telah dilakukan Kementerian Pertanian melalui Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BSIP) Jawa Barat, yang dipimpin oleh Pak Dr. Rustan Massinai, S.TP., M.Sc.
Peningkatan hasil panen antara 1–5 ton per hektar dengan menggunakan benih padi varietas Inpari 36 dan 37 dimana produksi sawah mengalami peningkatan rata-rata 3 ton per hektar. Apabila program ini mendapatkan dukungan secara nasional, maka hasil panen petani akan mengalami peningkatan signifikan yang ditopang 7,38 juta hektar lahan baku sawah (LBS). Cukup mengolah lahan LBS dengan persentase 30% dari 7,38 juta hektar menjadi 2,21 juta hektar. Dengan memberikan perhatian yang maksimal terhadap luas lahan tersebut, maka dapat memproduksi GKP sebanyak 2,21 juta hektar x 3 ton = 6,63 juta ton atau setara dengan 3,36 juta ton beras per tahun. Apabila panen dua kali dalam setahun, maka dapat menghasilkan GKP sebanyak 6,63 juta ton x 2 = 13,26 juta ton atau setara dengan 6,72 juta ton beras. Produksi sawah semakin banyak apabila mampu panen tiga kali dalam setahun dapat menghasilkan 6,63 juta ton x 3 = 19,89 juta ton GKP atau setara dengan 10,08 juta ton beras per tahun.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada tanggal 25 April 2025, panen padi VUP Inpari 37 dengan aplikasi AGN dapat menghasilkan 14–15 ton per hektar di Widasari Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Hasil ini mengalami peningkatan 7–8 ton dibandingkan peningkatan 1–5 ton per hektar pada tahun 2022/2023. Apabila benih ini dapat dimaksimalkan melalui pengolahan lahan baku sawah (LBS) dengan potensi hasil panen rata-rata 7,5 ton per hektar, maka dapat meningkatkan hasil panen sebanyak 2,21 juta hektar x 7,5 ton = 16,57 juta ton GKP atau setara dengan 8,40 juta ton beras. Apabila panen dua kali dalam setahun, dapat menghasilkan 33,14 juta ton GKP atau setara dengan 16,79 juta ton beras. Apabila mampu panen tiga kali dalam setahun, maka dapat menghasilkan 49,71 juta ton GKP atau setara dengan 25,19 juta ton beras per tahun. Akhirnya, dengan memaksimalkan 30% dan jika memungkinkan sampai 50% Lahan Baku Sawah (LBS) akan mengantarkan Indonesia menjadi Pemain utama beras Dunia.
Olehnya itu, baik cara pertama melalui Program Lahan Cetak Sawah Baru maupun cara kedua dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi lahan baku sawah akan menghasilkan Gabah dan Beras yang melimpah. Tinggal memilih salah satu di antaranya. Semuanya kembali pada kebijakan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian Republik Indonesia (KEMENTAN RI) dan Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dalam melakukan pengawalan dan pengawasan kebijakan agar tepat sasaran sehingga dapat mewujudkan Swasembada Beras Nasional dengan baik.
Apabila memilih cara kedua, dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi lahan. Selanjutnya, bagaimana nasib program 3 juta lahan cetak sawah baru? Sebenarnya, program 3 juta hektar CSB itu baik, hanya saja kurang tepat sehingga dapat dialihkan menjadi Program Cetak Lahan Baru (CLB). Hal ini dibutuhkan agar dapat menciptakan keseimbangan pangan, tidak hanya mewujudkan Swasembada Beras dan begitu pun Swasembada Jagung sehingga dapat mengakibatkan kesenjangan pangan pada jenis lainnya dan akan menjadi masalah yang berkesinambungan.
Program Cetak Lahan Baru (CLB) dengan luas 3 juta hektar boleh dilanjutkan tapi dengan perhitungan yang matang agar tepat sasaran. Seperti 1 juta hektar cetak lahan baru yang digunakan untuk peternakan, baik perkembangbiakan sapi maupun peningkatan produksi sapi perah. Hal ini penting, mengingat kita selalu impor daging dan susu setiap tahun. Seperti susu, hanya mampu memenuhi kebutuhan antara 15–20% per tahun. Dengan program 1 juta hektar lahan baru untuk peternakan, maka Indonesia dapat mewujudkan swasembada daging dan mampu memproduksi susu secara mandiri sehingga dapat melakukan maksimalisasi suapan gizi secara nasional dengan massif buat anak-anak sekolah serta kebutuhan lainnya.
Tidak hanya itu, selama ini Indonesia mengalami kekurangan kedelai yang mengharuskan impor 2–2,4 juta ton per tahun. Maka sebaiknya program cetak lahan baru 3 juta hektar digunakan untuk lahan pertanian kedelai seluas 1 juta hektar agar dapat menghasilkan kedelai 2–2,5 juta ton per tahun dengan rasio 2–2,5 ton per hektar. Dengan langkah ini, kita tidak perlu impor kedelai, justru sebaliknya dapat mewujudkan swasembada kedelai dalam memenuhi kebutuhan nasional.
Adapun sisa lahan 1 juta hektar dapat digunakan untuk sektor pertanian lainnya. Seperti pengembangan lahan kakao, kopi Arabica dan Robusta, kebun aren buat gula aren, etanol dan bioetanol untuk farmasi, kebun cengkeh, buah-buahan seperti mangga, durian, alpukat, manggis, nanas, pisang, dll. Terbaginya 3 juta hektar cetak lahan baru (CLB) dengan banyak jenis tanaman pada sektor pertanian dapat menjaga stabilitas harga barang pasca panen dan mewujudkan Swasembada Pangan Nasional serta dapat memenuhi permintaan pasar internasional.
Pada akhirnya, mari kita doakan, semoga Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan kekuatan serta The Big Idea and The Smart Team kepada Presiden RI, Bapak Prabowo Subianto dan kabinetnya agar dapat melahirkan kebijakan dan program yang baik dan tepat dalam mewujudkan kesuksesan swasembada pangan nasional dimana tidak sekedar menguntungkan kepentingan pribadi kelompok kecil. Akan tetapi, pemerintah hadir dengan mengutamakan Merah Putih, yaitu keberpihakan pada rakyat, bangsa dan Negara Republik Indonesia.
Masyarakat Indonesia Berbeda tapi Satu (MARI BERSATU)
Salam PANCASILA!
OLEH: HENRIONO
(Presiden Generasi Intelektual Indonesia)
Penulis | : HENRIONO |
Editor | : DELVI |
Sumber | : |
Halaman : 1 2