DETIKINDONESIA.CO.ID, JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyampaikan keyakinannya bahwa Indonesia berpeluang besar menjalin kesepakatan dagang baru dengan Amerika Serikat (AS).
Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, menilai potensi kerja sama perdagangan dan investasi antara Indonesia dan AS sangat luas, yang membuat prospek kesepakatan baru semakin terbuka.
“Kami mencatat bahwa neraca perdagangan Indonesia-AS menunjukkan surplus sekitar 18 miliar dolar AS. Di sisi lain, Indonesia juga mengimpor produk turunan migas dari berbagai negara dengan total nilai sekitar 40 miliar dolar AS. Pemerintah sedang mengkaji kemungkinan realokasi dari nilai tersebut,” ujar Anindya, yang akrab disapa Anin, di Jakarta, Jumat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menjelaskan bahwa sebagian besar impor energi Indonesia secara kebetulan berasal dari wilayah seperti Texas dan sekitarnya.
“Texas bisa menjadi titik awal kolaborasi yang strategis. Namun yang lebih penting adalah memperbesar volume perdagangan, bukan sekadar menjaga keseimbangan neraca,” lanjutnya.
Anin menambahkan bahwa AS tengah mendorong peningkatan ekspor produk-produk seperti kedelai, kapas, dan gandum ke Indonesia. Sementara itu, Indonesia juga berupaya memperluas ekspor barang elektronik, alas kaki, dan tekstil ke pasar Amerika.
Namun menurutnya, kerja sama potensial tak hanya terbatas pada sektor tersebut.
“Indonesia juga kaya akan mineral penting (critical minerals) yang dapat menjadi fondasi kemitraan strategis dengan AS. Ini bisa membantu mengurangi ketergantungan pada satu negara pemasok,” katanya.
Terkait kemungkinan terwujudnya kesepakatan dagang baru, Anin optimistis hal itu bisa dicapai dalam waktu dekat.
“Penyusunan kesepakatan memang ranah pemerintah. Namun dari sisi dunia usaha, kami sangat percaya diri. Setelah dari New York, saya akan ke Washington D.C. untuk bertemu Kamar Dagang AS dan mendiskusikan peluang kerja sama lanjutan, termasuk potensi peningkatan investasi antarnegara,” jelasnya.
Menanggapi kebijakan energi dari pemerintahan Donald Trump yang lebih mengutamakan bahan bakar fosil ketimbang energi hijau, Anin menyatakan bahwa Indonesia mengambil pendekatan yang berbeda.
“Indonesia memiliki cadangan migas dan bahan bakar fosil, namun di bawah tanah kami juga memiliki sumber critical minerals seperti nikel, bauksit, tembaga, timah, dan rare earth,” jelasnya.
Ia juga menyebutkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan air. Menariknya, menurut Anin, wilayah seperti Texas di AS juga mulai berkembang dalam pemanfaatan energi hijau.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : |
Editor | : |
Sumber | : |