Memperteguh Perdamaian di Tengah Perbedaan

Minggu, 25 Desember 2022 - 10:14 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

(Sebuah Catatan dalam Rangka Perayaan Natal 2022)

Oleh: Freddy Thie (Bupati Kabupaten Kaimana Periode 2020-2024

“Kita memimpikan dunia tanpa kekerasan, keadilan, dan harapan. Dunia yang mengulurkan tangan ke sesamanya. Sebagai simbol perdamaian dan persaudaraan”.
Kalimat di atas merupakan potongan lirik lagu berjudul “The Prayer” oleh penyanyi ternama berdarah Italian, Celine Dion dan Andrea Bocelli yang dirilis pada tahun 1999. Dalam lagu ini tak hanya menyuguhkan perpaduan irama melodi dan suara yang indah. Lebih dari itu, pesan perdamaian disampaikan secara kental dalam setiap bait lirik lagu kepada dunia. Bahwa segala bentuk kekerasan, rasa sakit, dan penderitaan di dunia hendak dihentikan. Sehingga manusia bisa hidup berdampingan nan harmoni dalam sebuah ikatan cinta damai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pada akhir tahun nanti, bertepatan dengan tanggal 25 Desember, umat Nasrani di dunia akan merayakan hari Natal. Momen yang diperingati sebagai hari kelahiran Yesus Kristus ini akan dirayakan dengan menyebarkan pesan kasih sayang dan perdamaian. Untuk menggambarkan kasih sayang Tuhan Yesus bagi dunia, dan merenungi kehadiran Yesus dalam iman Kristiani. Seluruh umat Nasrani akan berkhidmat memanjatkan permohonan doa perdamaian dan keselamatan untuk seluruh umat manusia tanpa terkecuali.

Baca Juga :  Presidensial Treshold dan Koalisi Parpol, Ada Berapa Paslon Dalam Pilpres 2024?

Oleh karena esensi Natal adalah untuk menebar perdamaian, maka perayaan Natal kiranya menjadi momentum bersama. Natal bukan hanya untuk umat beragama Nasrani, tetapi untuk semua umat lintas agama dan kepercayaan. Oleh sebab itu, Natal menjadi momentum yang sangat tepat, terutama bagi bangsa Indonesia untuk merefleksikan diri sekaligus melakukan muhasabah.  Dalam rangka memperkokoh ukhuwah demi terciptanya perdamaian antar sesama.

Hal ini berangkat dari potret bangsa Indonesia yang memiliki keragaman ras, etnis, budaya, dan agama. Yang di satu sisi keragaman ini menjadikan Indonesia bak mercusuar yang menjulang tinggi dan lainnya adalah kegelapan. Bahkan Indonesia dikenal di mata internasional sebagai “Taman Sari Dunia”. Di sisi lain, jika keragaman tidak dirawat dengan baik akan menjadi rentan ditunggangi oleh berbagai praktik isu yang berpotensi menimbulkan polarisasi dan konfrontasi yang sungguh merepotkan.

Baca Juga :  Usahawan Inovator

Memutus Disparitas Mayoritas-Minoritas
Dalam sejarah umat manusia, hubungan antar pemeluk agama terutama hubungan mayoritas-minoritas tak jarang bersifat antagonistik bahkan berujung korban nyawa. Buktinya, lihat saja tragedi Bosnia Herzegovina, kasus Chechnya di Rusia, hingga Muslim di India yang terjadi baru-baru ini.

Tampilan hubungan mayoritas-minoritas sarat akan kemusykilan. Faktor penyebabnya tak lain karena konstelasi dan konfigurasi sosial-politik, watak dan sikap eksklusivisme, serta aspek teologis yang diekspresikan secara arogan yang mengitari antar kelompok ini.

Demikian juga di Indonesia, hubungan umat Kristen dengan Muslim adalah yang paling menghasilkan benturan. Muslim sebagai mayoritas merasa menjadi tuan di negeri ini, sementara kaum Kristiani juga merasa memiliki hak yang sama meski mereka minoritas. Ditambah lagi dengan fenomena klaim kebenaran absolut yang semakin memperkuat disparitas yang ketat antara mayoritas dan minoritas. Situasi ini berakibat pada terciptanya hubungan antar agama yang intoleran.

Baca Juga :  Hadiri Pengangkatan Sumpah Janji PNS, Bupati Kaimana Ingatkan ASN Terus Tingkatkan Kedisiplinan dan Kualitas Kinerja

Fenomena persinggungan antar agama yang memprihatinkan di atas mendapat justifikasi dalam sebuah hasil survei. Rilis Setara Institute pada tahun 2019-2020 menunjukkan bahwa jenis pelanggaran atas kebebasan beragama dan keyakinan (KBB) paling banyak terjadi yakni tindakan intoleransi. Tercatat, peristiwa pelanggaran atas KKB paling banyak terjadi di Jawa Barat dengan total 39 peristiwa pelanggaran. Disusul Jawa Timur dengan 23 peristiwa, kemudian Aceh 18 peristiwa pelanggaran atas KKB.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Penulis : Freddy Thie
Editor : Admin
Sumber :

Berita Terkait

Fransiscus Go dalam Survey Calon Gubernur NTT
Jodoh Maluku Utara Adalah Taufik Madjid
Anak Indonesia, Harapan Peradaban Dunia “Menyambut Bonus Demografi 2045”
Jangan Permainkan Suara Rakyat Papua
Bahasa Ibu Sebagai Identitas Orang Asli Papua
OAP Wajib Selamatkan Bahasa Ibu Sebagai Identitas Warisan Budaya
Wujudkan Budaya Politik Bersih dan Beretika dalam Pesta Demokrasi
Selamatkan Generasi Muda Papua Dari Ancaman Bahaya Alkohol Dan Narkoba

Berita Terkait

Rabu, 1 Mei 2024 - 20:36 WIB

Ketua PW IWO Sumut Angkat Bicara Soal Sikap Arogansi Kepsek SMPN 1 Beringin

Rabu, 1 Mei 2024 - 20:35 WIB

Anggaran Perjalanan Dinas Pemkab Langkat Tembus 104 M, Mengusik Rasa Keadilan Masyarakat

Rabu, 1 Mei 2024 - 14:12 WIB

Kembali Meneruskan Pembangunan Buru Selatan, Safitri Malik Soulisa Maju Lewat Perindo

Jumat, 26 April 2024 - 14:06 WIB

Walikota Tidore Kepulauan Beri Apresiasi Kinerja Aparatur Pemerintahan atas Capaian SPM

Jumat, 26 April 2024 - 14:00 WIB

Dalam Waktu Dekat PP Maluku Utara Tunjuk Plt Ketua PP Halmahera Selatan

Jumat, 26 April 2024 - 12:17 WIB

Ambil Formulir Pendaftaran di PAN, Hj Eka Dahliani Usman Siap Bertarung Pilkada Halsel

Jumat, 26 April 2024 - 12:14 WIB

Bupati Safitri Malik Soulisa Menghadiri Rakornas PB 2024 di Bandung

Jumat, 26 April 2024 - 12:12 WIB

Untuk Memberi Buru Selatan Cahaya Lampu, Bupati Hibahkan Lahan Ke PLN di Ambon

Berita Terbaru