*Refleksi untuk Dunia Nyata*
Kedua film horor ini sesungguhnya tidak sedang bercerita tentang setan atau pabrik tua, melainkan tentang sistem. Sistem kerja yang memungkinkan manusia dikorbankan, suara buruh dibungkam, dan relasi kuasa dibiarkan timpang. Dan inilah horor sejati yang mengintai keseharian kita.
Hubungan industrial yang sehat seharusnya dibangun atas tiga pilar: pengusaha, pekerja, dan pemerintah. Serikat Pekerja adalah mitra penting yang berfungsi sebagai penyeimbang kepentingan. Dalam model ideal, serikat yang kuat dan independen justru menciptakan ruang dialog, memperkuat produktivitas, dan mendukung keberlangsungan usaha. Tapi itu semua hanya mungkin jika serikat benar-benar bekerja untuk anggotanya—bukan untuk kekuasaan.
*Menolak Tumbal, Membangun Dialog*
Sudah saatnya kita menolak logika tumbal dalam dunia kerja. Usaha tak bisa bertahan di atas penderitaan pekerja. Dan pekerja tak bisa hanya menjadi angka statistik dalam laporan produksi. Keharmonisan hubungan industrial hanya mungkin terjadi bila ada keadilan, transparansi, dan partisipasi yang bermakna dari para pekerja melalui serikat yang sehat.
_Pabrik Gula_ dan _Qodrat 2_ boleh saja berakhir di layar bioskop, tapi pesan yang mereka bawa jauh lebih penting dari sekadar hiburan. Keduanya menyorot sesuatu yang nyata: bahwa horor terbesar dalam dunia kerja bukan hantu, melainkan sistem yang menindas dalam diam.
Maka, mari kita lawan horor itu—dengan solidaritas, dengan keberanian bicara, dan dengan membangun kembali Serikat Pekerja yang jujur, demokratis, dan berpihak pada kehidupan.
—
Firmansyah
Pemerhati isu hubungan industrial, Mantan Ketua Serikat Karyawan JIEP dari tahun 2018 hingga 2024 dan aktifis Aliansi Serikat Pekerja BUMD Jakarta Raya
Bisa dihubungi melalui email: sacafirmansyah@gmail.com
Penulis | : |
Editor | : |
Sumber | : |
Halaman : 1 2