Krisis Udara Bersih di Jakarta, Sektor Ranmor Penyumbang Polusi Udara Terbesar

Jumat, 17 November 2023 - 12:22 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

DETIKINDONESIA.CO.ID, JAKARTA – Beberapa bulan terakhir polusi udara makin pekat di Kota Jakarta. Bahkan Kota Jakarta dilabeli sebagai kota terpolusi di dunia. Dampaknya, di Jakarta penyakit ISPA mengalami kenaikan drastis. Fenomena polusi di Jakarta tak bisa dilepaskan oleh adanya dampak hilir (transportasi), dan pemicu lainnya, yakni sektor energi (di sisi hulu).

Merespon fenomena tersebut, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengadakan dialog publik secara daring dengan tajuk, “Sinergitas Sektor Transportasi dan Energi dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Kota Jakarta“, Kamis (16/11/2023).

Dialog dihadiri oleh nara sumber, antara lain Dirjen Pengendalian Pencemaran Udara KLHK, General Manager PLTU Suralaya Indonesia Power, Ketua KPPB, dan Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi. Peserta yang ikut pada dialog tersebut sekitar 150-an. Masukan dan tanggapan dari Dinas DKI (seperti Dishub, Dinkes, Dinas LH), influencer, tokoh masyarakat, media masa, dll) juga berperan aktif pada dialog yang bersurat hybrid tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Acara itu disiarkan secara live oleh Radio KBR, plus ratusan jaringan radio daerah dan radio komunitas.

Pembahasan inti dalam diskusi tersebut adalah, seperti;

  • Pencemaran udara di Kota Jakarta sudah sangat mengkhawatirkan dan membahayakan dari sisi kesehatan, dan bisa berdampak secara ekonomi. Bahkan menurut Dinkes DKI Jakarta faktor lingkungan dan kualitas udara sangat berpengaruh paling signifikan terhadap berbagai penyakit tidak menular, seperti jantung koroner, hipertensi, diabetes, dll.
  • Pengendalian Pencemaran udara juga menjadi fenomena yang sejalan dengan upaya pemerintah mewujudkan kebijakan nett zero emition hingga 2060. Hal ini tidak akan tercapai jika tidak ada kebijakan yang gradual dan sistematis dilakukan, karena pencemaran udara (polusi) adalah wujud paling nyata adanya produksi emisi gas buang dari energi fosil yang digunakan untuk aktivitas di sektor hilir, seperti transportasi, bisnis, industri, dll.
  • Hal yang paling kentara adalah bahwa sektor transportasi berkontribusi paling signifikan (45%), karena penggunaan kendaraan pribadi masih sangat dominan, baik roda dua, roda empat, dan kendaraan logistik. Saat ini ranmor roda dua di Jakarta mencapai 24 juta. lebih.
  • Hal yang tak boleh dilupakan adalah adanya PLTU yang mengepung Kota Jakarta, yakni PLTU di area Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, dan PLTU di Jakarta. Diduga kuat banyak PLTU swasta yang digunakan untuk sektor industri dan bisnis yang belum tersertifikasi proper (ramah lingkungan) dari KLHK.
Baca Juga :  Usai Pelantikan oleh Presiden, Kepala Bakamla RI Lakukan Upacara Setijab

Untuk mewujudkan udara yang bersih di Kota Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia, perlu ada langkah radikal yang dilakukan, yaitu:

1. Memerkuat peran angkutan publik masal di Kota Jakarta yang terintegrasi, baik dari sisi infrastrukturnya, dan sistem ticketingnya. Keandalan pelayanannya juga menjadi prasyarat untuk mendorong migrasi pengguna kendaraan pribadi menjadi pengguna kendaraan umum masal, seperti Transjakarta, Commuter Line, MRT Jakarta, dan juga LRT Jabedebek dan LRT Jakarta.

2. Memberikan disinsentif untuk pengendalian penggunaan kendaraan pribadi, seperti menerapkan kebijakan jalan berbayar, tarif parkir yang mahal, bahkan tarif tol dalam kota yang lebih tinggi.

3. Mendorong penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan untuk ranmor pribadi, dengan oktan number yang tinggi sesuai standar Euro 2. Baik untuk roda dua dan roda empat.

Baca Juga :  Bupati Aliong Mus Resmi Pelebuhan Lede

4. Penggunaan kendaraan listrik, baik untuk pribadi dan angkutan umum, juga perlu didorong. Sebab kendaraan listrik mampu menekan emisi gas buang di sisi hilir. Bus bus Transjakarta perlu dimigrasikan menjadi bus listrik.

5. Mewujudkan wajib lulus uji emisi bagi ranmor pribadi di Jakarta. Kebijakan ini harus dilakukan secara konsisten dan meluas. Sebab menurut Dinas LH DKI, cakupan uji emisi masih minim, untuk ranmor pribadi hanya mencapai 29,7 persen dari total ranmor, dan bahkan untuk ranmor roda dua yang lulus uji emisi hanya 0,79 persen saja. Ironis sekali. Ranmor yang tidak lulus uji emisi bisa dikenakan tilang, dan tarif parkir progresif.

6. Untuk Kota Jakarta seharusnya sudah berani menerapkan jenis BBM yang ramah lingkungan untuk ranmor pribadi, sehingga emisi gas buang di Jakarta bisa turun signifikan. Era Gubernur Ahok, hal ini pernah di wacanakan. Ini bisa dilakukan dengan menghapus pertalite di Jakarta, dan wajib menggunakan BBM dengan RON 92, seperti pertamaks.

7. Wacana PT Pertamina untuk membuat jenis BBM seperti Pertamaks green pada 2024, dengan RON 95, adalah hal yang baik dan patut didorong dan diapresiasi. Untuk mendukung dan percepatan jenis Pertamaks Green, pemerintah bisa mengkonversi subsidi BBM untuk pertalite, dialihkan untuk subsidi pertamaks dan pertamaks green tersebut. Sebab bagaimana pun pertalite
masih kategori Euro 1, yang masih tinggi emisi, dan memicu polusi signifikan.

Baca Juga :  Komitmen Kurangi Macet dan Polusi Udara, PSI Pertanyakan Pemprov DKI Potong PSO TransJakarta Rp 1 T

8. Mendesak KLHK untuk melakukan audit ulang keberadaan PLTU di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Sebab PLTU milik swasta yang digunakan untuk kepentingan industri dan bisnis belum
lulus standar proper dari KLHK. PLTU minimal harus mempunyai sertifikat standar proper. dari KLHK untuk meminimalisasi emisi karbon yang dihasilkan.

9. Dari sisi sosilogis, harus ada upaya edukasi dan sosialisasi pada masyarakat, khususnya generasi muda. Sebab menurut survei YLKI, pemahaman dan literasi masyarakat terhadap dampak BBM bagi lingkungan masih rendah. Bahkan dampak terhadap mesin kendaraannya sekalipun. Padahal jika
kendaraannya menggunakan jenis BBM yang tidak kompatibel dengan mesinnya, maka mesin kendaraannya akan keropos, haus dan cepat turun mesin. Konsumen pada akhirnya secara finansial akan boros, dan bahkan boncos. Klimaksnya, perlu ditandaskan bahwa masalah polusi udara tidak bisa dianggap sepele. Ini masalah yang sangat serius bagi lingkungan, kesehatan dan masyarakat. Menurut hasil kajian kerugian sosial ekonomi signifikan, minimal mencapai Rp 28,5 triliun per tahunnya. Dan upaya pemerintah untuk mewujudkan nett zero emition tidak akan tercapai jika upaya menekan polusi udara tidak dilakukan, baik dari sisi hulu hingga hilir.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Penulis : Tim
Editor : Michael
Sumber : Press Release

Berita Terkait

Bahas Program dengan Kadispen, Bamus Betawi Dorong Mulok Masuk dalam Kurikulum Sekolah
Demi Bela Klien, Benny Wulur Tantangan Tinju Hotman Paris di Ring Arena
Pada Sidang Mediasi, Nasabah WAL Minta Instrumen Pengembalian Dana
Pimpinan DPRD DKI Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur Jakarta
Dukung Heru Tuntaskan Banjir, Milenial Jakarta: Gak Usah Dengar Suara Nyinyir
Rayakan Idul Fitri 1445 H Bersama Keluarga, Surijaty Gelar Open House
Hadiri Pelantikan LAB, Kombes Nicolas Sampaikan Maklumat Hukum Jelang Idul Fitri 1445 H
Hadiri Acara Bamus Betawi, Ketum Salatin: Pelantikan LAB Merupakan Penguatan Budaya Asli Indonesia

Berita Terkait

Rabu, 15 Mei 2024 - 16:45 WIB

Menyongsong Pemilihan Kepala Daerah Fakultas Hukum Unkhair Sosialisasi money Politic 

Rabu, 15 Mei 2024 - 11:50 WIB

Warga Desak Bawaslu dan KPU Deli Serdang Evaluasi Oknum PPK dan Panwascam

Selasa, 14 Mei 2024 - 23:08 WIB

2 Oknum Guru Di Halsel Diduga Aniaya Siswa 

Selasa, 14 Mei 2024 - 15:20 WIB

Pedagang Keluhkan Tarif Retribusi Sampah, Kabid DLH Langkat Berang di Konfirmasi

Senin, 13 Mei 2024 - 23:46 WIB

Muhammad Ilham Berharap Darwis Batubara Dapat Berkolaborasi di Pilkada Deli Serdang 2024

Senin, 13 Mei 2024 - 22:24 WIB

Pengalihan Jembatan PTPN II di Langkat, Diduga Ajang Cari Keuntungan Pribadi

Senin, 13 Mei 2024 - 18:13 WIB

Obi Fishing Tournament 2024, Pemkab Halsel Ajak Harita Nickel Jadikan Soligi Destinasi Wisata Bahari

Minggu, 12 Mei 2024 - 22:30 WIB

Resmi Daftar di DPW PKB, Samaun Hegemur Siap Jadi Calon Wakil Gubernur Papua Barat

Berita Terbaru

Hukum & Kriminal

Kirim Surat Tantangan Tinju ke Hotman, Benny Wulur Giat Latihan

Rabu, 15 Mei 2024 - 02:01 WIB

Daerah

2 Oknum Guru Di Halsel Diduga Aniaya Siswa 

Selasa, 14 Mei 2024 - 23:08 WIB